Pengertian
Kegelisahan
Kegelisahan
berasal dari kata “gelisah”. Gelisah artinya rasa yang tidak tentram di hati
atau merasa selalu khawatir, tidak dapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi
(menanti), cemas dan sebagainya. Kegelisahan menggambarkan seseorang tidak
tentram hati maupun perbuatannya, artinya merasa gelisah, khawatir, cemas atau
takut dan jijik. Rasa gelisah ini sesuai dengan suatu pendapat yang menyatakan
bahwa manusia yang gelisah itu dihantui rasa khawatir atau takut. Manusia suatu
saat dalam hidupnya akan mengalami kegelisahan. Kegelisahan yang cukup lama
akan menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia.
Manusia
selama ini seringkali tenggelam dalam kegelisahan. Berbagai penyebab
kegelisahan telah menyita waktu dan perhatian manusia, dan sayangnya banyak
yang tidak menyadari betapa mengganggunya kegelisahan itu. Kegelisahan yang
timbul dalam diri kita sebenarnya dibuat oleh kita sendiri, kita ciptakan
mereka di dalam pikiran kita melalui ketidakmampuan ataupun kegagalan untuk
mengerti bahaya perasaan keakuan dan melalui khayalan yang melambung serta
kesalahan dalam menilai setiap kejadian atau benda. Hanya jika kita dapat
melihat suatu kejadian atau benda dengan apa adanya, bahwa tidak ada sesuatu
apa pun yang kekal di dunia ini dan bahwa keakuan kita sendiri merupakan
khayalan liar yang membawa kekacauan dalam pikiran yang tidak terlatih.
Kegelisahan adalah suatu rasa tidak tenteram, tidak tenang, tidak sabar, rasa
khawatir/cemas pada manusia. Kegelisahan merupakan gejala universal yang ada
pada manusia manapun. Namun kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala
tingakah laku atau gerak – gerik seseorang dalam situasi tertentu. Jadi, kegelisahan
merupakan sesuatu yang unik sebagai manifestasi dari perasaan tidak tenteram,
khawatir, ataupun cemas.
Kegelisahan
hanya dapat diketahui dari gejala tingkahlaku atau gerak gerik seseorang dalam
situasi tertentu. Gejala gerak gerik atau tingkah laku itu umumnya lain dari
biasanya, misalnya berjalan mondar-mandir dalam ruang tertentu sambil
menundukkan kepala, duduk merenung sambil memegang kepala, duduk dengan wajah
murung,malas bicara, dan lain-lain.kegelisahan juga merupakan ekspresi dari
kecemasan. Masalah kecemasan atau kagalisahan berkaitan juga dengan masalah
frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami
frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.
Hal
ini terjadi karena adanya keterbatasan manusia untuk dapat mengetahui hal-hal
yang akan datang atau yang belum terjadi. Hal ini terjadi misalnya karena
adanya suatu harapan, atau adanya ancaman. Manusia gelisah karena takut
terhadap dosa-dosa dan pelanggaran (yang telah dilakukan), takut terhadap hasil
kerja (tidak memenuhi kepuasan spiritual), takut akan kehilangan milik (harta
dan jabatan), atau takut menghadapi keadaan masa depan (yang tidak disukai).
Sedangkan sumber kegelisahan berasal dari dalam diri manusia (internal)
misalnya rasa lapar, haus, rasa sepi, dan dari luar diri manusia (eksternal)
misalnya kegelisahan karena diancam seseorang.
Penyebab
lain kegelisahan karena adanya kemampuan seseorang untuk membaca dunia dan
mengetahui misteri hidup. Kehidupan ini yang menyebabkan mereka menjadi
gelisah. Mereka sendiri sering tidak tahu mengapa mereka gelisah, mereka
hidupnya kosong dan tidak mempunyai arti. Orang yang tidak mempunyai dasar
dalam menjalankan tugas (hidup), sering ditimpa kegelisahan. Kegelisahan yang
demikian sifatnya abstrak sehingga disebut kegelisahan murni, yaitu kegelisahan
murni tanpa mengetahui apa penyebabnya. Bentuk- bentuk kegelisahan manusia
berupa keterasingan, kesepian, ketidakpastian. Perasaan-perasaan semacam ini
silih berganti dengan kebahagiaan, kegembiraan dalam kehidupan manusia. Tentang perasaan kegelisahan ini, Sigmund
Freud membedakannya menjadi tiga macam, yaitu :
1.
Kegelisahan Obyektif (Kenyataan)
Kegelisahan
ini mirip dengan kegelisahan terapan dan kegelisahan ini timbul akibat adanya
pengaruh dari luar atau lingkungan sekitar.
Contoh
: Tini seorang ibu muda, mempunyai anak
berumur dua tahun, Tina namanya. Tina tumbuh sehat, montok, lucu, lincah, dan
sangat akrab dengan ibunya. Hampir seluruh waktu Tini tercurahkan untuk Tina.
Ia keluar kerja demi Tina, anak yang baru seorang itu. Sekonyong-konyong Tina
sakit ; muntah-muntah disertai buang air. Tini bingung, anaknya segera dibawa
kerumah sakit. Kata dokter, Tina harus dirawat di rumah sakit dan tidak boleh
ditunggui. Tina menangis terus, tetapi ibunya harus meninggalkannya. Tini
gelisah, cemas, khawatir, memikirkan nasib anaknya. Pada contoh tersebut jelas
bagi kita, bahwa kegelisahan yang diderita oleh ibu Tini adalah karena adanya
bahaya dari luar yang mengancam anaknya.
2.
Kegelisahan Neurotik (Saraf)
Kegelisahan
ini berhubungan dengan sistem syaraf. Syaraf-syaraf yang bekerja secara alami
ketika tubuh merasa terancam atau mengetahui akan ada suatu hal berbahaya yang
akan terjadi. Tubuh tidak diperintahkan untuk melakukannya. Singkatnya
kegelisahan ini ditimbulkan oleh suatu pengamatan tentang bahaya naluriah.
Contohnya:
Kegelisahan para peserta Indonesia Mencari Bakat ketika akan mengetahui siapa
yang harus pulang pada malam mereka tampil dan kegelisahan murid-murid sekolah
ketika menunggu hasil ujian akhir.
3.
Kegelisahan moral
Kegelisahan
ini mucul dari dalam diri sendiri. Sebagian besar karena rasa bersalah atau
malu dalam ego yang ditimbulkan oleh suatu pengamatan bahaya dari hati nurani.
Hal ini timbul karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai hari nurani dan
sadar atau tidak mereka tahu mana hal yang benar dan mana yang salah. Walaupun
mereka melakukan kejahatan, setiap orang pastilah tahu hal yang dilakukannya
itu adalah salah. Keadaan mungkin yang memaksa mereka melakukannya. Jadi,
mereka tetap mempunyai rasa bersalah dan mengalami kegelisahan moral itu.
Contohnya: Setelah terungkap permasalahan korupsi di tubuh KPU, banyak pihak
yang terkait merasa gelisah.
Faktor
Penyebab Kegelisahan
Bukan
merupakan sebuah kepastian bahwa akar penyebab kegelisahan selalu bermula dari
faktor keluarga atau metode pendidikan yang diterapkan oleh kedua orang tua.
Bahkan, terkadang ia muncul dari diri penderita sendiri dan itu merupakan
faktor sangat dominan dan berpengaruh dalam semua aspek keberadaan manusia
sampai akhir hayatnya. Faktor penyebab
kegelisahan antara lain:
a)
Dari Dalam
Faktor
kegelisan dari dalam diri seseorang antara lain:
1.
Cinta Diri
Kecintaan seseorang terhadap
dirinya merupakan hal yang wajar, namun sebagian orang telah berlebihan dalam
mempertahankan cinta tersebut, sehingga terbebani dengan berbagai macam
penderitaan dan rasa sakit. Dalam pembahasan ini, yang dimaksud cinta diri
adalah kecintaan melampaui batas, perhatian berlebihan terhadap diri sendiri,
dan sangat sensitif terhadap segala hal yang berkaitan dengan itu, sehingga ia
tidak mendapati musibah yang lebih parah dari penyakit tersebut.
Perhatian yang berlebihan
terhadap diri akan menyebabkan munculnya keinginan buruk dalam diri seseorang,
seperti ingin meraih kecintaan dari semua manusia, mengharapkan kehadiran
mereka dengan patuh dan mau melaksanakan perintahnya secara keseluruhan demi
memperoleh kerelaannya.
2.
Lalai dalam Mengingat Allah
Dalam beberapa hadits dan riwayat
Shahih disebutkan bahwa was-was dalam keadaan tertentu akan muncul sebagai
akibat kelalaian seseorang dalam mengingat Allah, berpaling dari (mencari)
hikmah-Nya, dan mengentengkan perintah dan larangan-Nya. Terkadang was-was juga
akan muncul dari setan yang telah mengguncangkan jiwanya.
Ya, orang yang hatinya bersih dan
yakin kepada Allah tidak akan terkena penyakit ini, kecuali bila menderita
cacat atau penyakit tertentu. Dari sudut pandang agama, mengingat Allah ibarat
benteng kuat dan baju besi yang melindungi manusia dari berbagai macam bahaya,
seperti penyakit kejiwaan. Sebagaimana, kita juga dapat menjadikannya sebagai
pijakan dalam proses pengobatannya. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa was-was
bisa muncul sebagai akibat perbuatan haram dan mungkar, sebaliknya mencari
perlindungan Allah dapat mencegah seseorang dari dampaK negatifnya.
3.
Gejolak Hati
Terkadang was-was muncul dalam
keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang sangat keras akan hal-hal yang
spele dan remeh. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menyibukkan
dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia, sehingga sering kali
hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was.
Karena itu, ketika seorang anak
kecil megotori badannya, maka ia akan segera melawan guncangan jiwa lantaran
takut akan hukuman ibunya dengan cara mencuci kotoran tersebut berulang kali.
Dan, pengulangan itu memberikan kemungkinan bagi muncul dan tertanamnya
pemikiran yang bersifat was-was tersebut. Sebagian orang berkeyakinan bahwa
pemikiran yang disertai perasaan was-was sebenarnya merupakan sejenis
kegelisahan yang timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat disembuhkan dengan
mudah.
4.
Rasa Takut dan Malu
Mungkin, sifat malu merupakan salah satu
diantara faktor penyebab was-was, sebab seorang pemalu adalah orang yang takut
berdiam diri dan inilah yang mengharuskan kita membahas tentang sebab-sebabnya
pada anak-anak.
Karena itu,
mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan perlakuan keras,
pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi problem yang sangat besar dan
menyelesaikannya secara benar. Ini menunjukkan bahwa seorang pemalu akan
berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan
sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain.
Inilah yang mendorongnya melakukan pekerjaan secara berulang agar dapat
menyelesaikannya sebaik mungkin, yang pada akhirnya menjerumuskannya kedalam
was-was.
5. Tidak Merasa Aman
Dalam keadaan
tertentu, perasaan tidak aman merupakan faktor penyebab terjadinya was-was.
Dengan kata lain, sebagian orang akan menderita was-was lantaran dirinya
merasakan tidak adanya keamanan. Terkadang, perasaan semacam ini merupakan
akibat dari lemahnya kepribadian dan tidak adanya kemampuan dalam
mengendalikan diri.
Tidak diragukan
lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara tiba-tiba pada diri seseorang
akan mendorong munculnya perasaan tidak aman dalam diri , yang kemudian akan
menyebabkan tertimpa was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan menghilangkan
perasaan aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan penyebab lemahnya
kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi penyakit was-was.
6. Jiwa yang Lemah
Kelemahan jiwa
dalam diri seseorang dapat mencapai suatu taraf dimana ia sendiri kehilangan
kekuatan untuk mengendalikannya, sehingga kita mendapatinya dengan terpaksa
menyerah dihadapan kejadian-kejadian yang dialaminya. Ketika ia menampakkan
keinginan agar seluruh pekerjaannya sebanding dengan orang yang lebih utama
darinya, maka perasaan ini akan berubah kedalam bentuk perasaan lemah.
b. Kemasyarakatan
Terkadang, dalam
beberapa keadaan, was-was diakibatkan oleh faktor sosial dimana kita dapat
melihat sebagian gejalanya ketika seseorang melakukan suatu perbuatan yang sama
dengan orang lain dan selalu mengikutinya. Namun kasus ini berbeda dengan
dimana anak-anak mewarisinya dari ayah atau ibunya. Dengan kata lain, mengikuti
perilaku orang lain dan taklid terhadap kelakuan mereka yang salah serta
berteman dengan segala penderita penyakit tersebut akan menyebabkan terjadinya
kontradiksi yang dibencinya dan membantu proses transfer penyakit tersebut dari
satu orang kepada orang lain.
C. Cara
Mengatasi Kegelisahan
Cara yang
digunakan dalam mengatasi kegelisahan:
· Dengan memerlukan sedikit pemikiran
yaitu, pertama kita menanyakan pada diri kita sendiri (instropeksi),akibat yang
paling buruk yang bagaimanakah yang akan kita tanggung atau yang akan
terjadi,mengapa hal itu terjadi,apa penyebabnya dan sebagainya.
· Kita bersedia menerima sesuatu yang
terjadi pada diri kita dengan rasa tabah dan senang hati niscaya kecemasan
tersebut akan sirna dari jiwa kita. Bersamaan berjalannya waktu kita dapat
mencoba untuk memperkecil dan mengurangi keburukan-keburukan akibat timbulnya
kecemasan tersebut dalam jiwa kita.
· Berdoa kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh
sabar,tabah,senang dan ikhlas sehingga Ia mau mengabulkan permohonan kita dari
perasaan kecemasan ini,sebab Tuhan adalah yang paling Maha Pemurah,Maha
Pengampun,Maha Pengasih dan Maha Penyayang bagi umatnya yang mau berdoa dan
memohon kepadaNya
D. Bentuk-bentuk
kegelisahan
Bentuk bentuk
kegelisahan antara lain:
a) Keterasingan
Keterasingan
berasal dari kata terasing, asal kata dari kata dasar asing. Kata asing berarti
sendiri, tidak dikenal orang, sehingga kata terasing berarti tersisihkan dari
pergaulan, terpisahkan dari yang lain,atau terpencil. Jadi, keterasingan
berarti hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpisah dari
yang lain atau terpencil. Apapun makna yang kita lekatkan pada istilah
keterasingan, yang jelas ia merupakan bagian dari hidup manusia. Sebagai bagian
dari hidup manusia, sebagaimana juga kegelisahan, maka keterasingan pun
memiliki sifat universal. Ini berarti bahwa keterasingan tidak pernah mengenal
perbedaan manusia. Sebentar ataukah lama setiap orang akan pernah mengalami
keterasingan ini, meskipun kadar atau penyebabnya berbeda-beda.
Contoh : Murni
gadis lincah, bebas, dan pandai bergaul. Kawannya banyak dan hilir mudik
bergantian datang dan mengajak pergi. Pada suatu hari tersiar berita ia
mendapat “kecelakaan”. Sejak itu ia tidak pernah menampakkan diri dan tak ada
kawan yang hilir mudik datang berkunjung dan mengajak pergi. Ia menyembunyikan
diri di kamar, malu keluar. Ia hidup dalam keterasingan.
· Sebab – sebab keterasingan
Bila kita
memperhatikan contoh Murni tidak mau bergaul lagi dengan kawan-kawannya, hidup
menyendiri, karena malu atas perbuatannya yang melanggar moral. Jadi,
sebab-sebab hidup terasing itu bersumber pada :
Ø Perbuatan yang
tidak dapat diterima oleh masyarakat, antara lain mencuri, bersikap angkuh atau
sombong.Sikap dan perbuatan seseorang tidaklah mesti sesuai dengan aspirasi
orang lain, lebih-lebih dalam masyarakat yang beragam seperti masyarakat kita
ini, bilamana ketidaksesuaian ini berkembang bisa diduga akan timbul jarak antara
orang satu dengan lainnya. Ketidaksesuaian ini bisa jadi timbul lantaran
seseorang menampakkan sikap dan perbuatan yang di mata orang lain negatif seperti misalnya sombong, menganggap dirinya
lebih tinggi, angkuh, kaku, pemarah, dan semacamnya.Sikap yang sejenis dengan
angkuh atau sombong ialah sikap kaku, pemarah, dan suka berkelahi. Sikap
seperti itu menjauhkan kawan dan mendekatkan lawan. Orang segan berkawan dengan
orang yang bersikap seperti itu, sebab takut terjadi konflik batin atau konflik
fisik.
Ø Sikap rendah
diri.
Sikap rendah
diri menurut Alex Gunur adalah sikap kurang baik. Sikap ini menganggap atau
merasa dirinya selalu atau tidak berharga, tidak atau kurang laku, tidak atau
kurang mampu di hadapan orang lain. Sikap ini disebut juga sikap minder. Jadi,
bukan orang lain yang menganggap dirinya rendah, tetapi justru dirinya sendiri,
tetapi juga tidak baik bagi masyarakat. Sikap rendah diri disebabkan antara
lain kemungkinan cacat fisik, status sosial-ekonominya, rendah pendidikannya,
dan karena kesalahan perbuatannya.
a. Keterasingan karena cacat fisik
Cacat fisik
tidak perlu membuat hidup terasing karena itu adalah kehendak Tuhan. Namun,
seringkali manusia memiliki jalan pikiran yang berbeda. Erasa malu anak atau
cucunya cacat fisik, maka disingkirkannya anak tersebut dari pergaulan ramai,
hidup dalam keterasingan.
b. Keterasingan karena sosial-ekonomi
Ekonomi kuat
atau lemah adalah anugerah Tuhan. Orang tidak boleh membanggakan kekayaan dan
tidak boleh pula merasa rendah diri karena keadaan ekonomi yang minim. Namun
dalam kenyataan lain keadaannya, orang-orang yang tergolong lemah ekonominya
seringkali merasa rendah diri. Akibatnya orang-orang kaya sering membanggakan
kekayaannya, meskipun tanpa disengaja.
c. Keterasingan karena rendah pendidikan
Banyak juga
orang yang merasa rendah diri karena rendah pendidikannya dan tidak dapat
mengikuti jalan pikiran orang yang berpendidikan tinggi dan banyak
pengalaman.Dalam pergaulan orang-orang yang berpendidikan rendah dan kurang
berpengalaman biasanya menyendiri, mengasingkan diri karena merasa sulit
menempatkan diri. Ingin bertanya takut salah,juga takut ditanya, takut
jawabannya tidak benar. Akibatnya ia menjauhkan diri dari pergaulan.Akan
tetapi, orang seperti itu masih lebih baik dari pada mereka yang berlagak
pintar dan akhirnya menjadi bahan tertawaan.Contoh :
Akil yang merasa
berpendidikan rendah, tidak mau bercakap-cakap dengan tamu dalam pertemuan itu.
Apalagi tamu-tamu itu sebentar-sebentar mempergunakan bahasa asing yang belum
pernah didengarkannya. Ia merasa makin takut meskipun pakiannya tidak kalah
dengan mereka karena pendidikan dan pengalamannya jauh lebih rendah dari
mereka. Karena itu ia menghindarkan diri dan menyendiri saja.
d. Keterasingan karena perbuatannya
Orang terpaksa
hidup dalam keterasingan karena merasa malu, dunia rasanya sempit, bila melihat
orang, mukanya ditutupi. Itu semua akibat dari perbuatannya, yang tidak bisa
diterima oleh masyarakat lingkungannya. Banyak perbuatan yang tidak dapat
diterima oleh masyarakat.Contoh :
Selama ini Tn.
Adi terkenal sebagai orang terhormat. Semua penduduk di wilayahnya mengenal
siapa Tn. Adi, pegawai tinggi suatu instansi, ramah, dan dermawan. Tiba-tiba
tersiar berita di koran bahwa Tn. Adi tersangkut korupsi milyaran. Dengan
adanya berita itu, Tn. Adi tidak pernah keluar, apalagi bergaul. Setiap ada
undangan tidak pernah datang. Ia mengurung diri di rumah, hidup dalam
keterasingan.
Ø Takut
kehilangan hak.
Contoh : Oyong
mempunyai sifat pemarah, sebentar-bentar menantang orang dan mengajaknya
berkelahi. Ia menganggap lawannya pasti kalah. Ia tak kenal istilah musyawarah,
akibatnya semua teman-temannya perlahan-lahan menjauhinya, sehingga ia terasing
dari pergaulan. Jadi, bila kita renungkan, orang hidup dalam keterasingan
karena takut kehilangan haknya. Seperti halnya Oyong yang merasa takut
kehilangan hak nama baiknya. Ia merasa lebih dari orang lain, sehingga bila ada
orang yang melebihinya, ia segera mengajaknya berkelahi.
Ø Kerinduan.
Kadang-kadang
keterasingan disebabkan pula oleh rasa kerinduan yang begitu hebat baik
terhadap keluarga, teman, suasana,atau bahkan terhadap suatu tempat. Adalah
satu hal yang wajar apabila seseorang
yang berada jauh dari keluarga akan merasakan kerinduan yang begitu
hebat terhadap keluarganya. Dalam kondisi yang demikian ini tidak heran kalau
kemudian yang bersangkutan merasa terasing, kendatipun lingkungan sekitarnya
mampu memenuhi kebutuhannya.
· Usaha-usaha untuk mengatasi keterasingan
Keterasingan
biasanya terjadi karena sikap sombong, angkuh, pemarah, kaku, rendah diri, atau
karena perbuatan yang melanggar norma hukum. Untuk mengatasi keterasingan ini
diperlukan kesadaran yang tinggi. Orang bersikap demikian karena menganggap
semua yang mereka lakukan adalah benar. Lain halnya dengan orang yang rendah
diri. Orang yang mempunyai sifat ini biasanya sadar akan kekurangannya. Untuk
meningkatkan harga diri, ia harus banyak belajar dan bergaul. Pergaulan itu
dilakukan sedikit demi sedikit dan terus meningkat, sehingga akhirnya menjadi
biasa.
b) Kesepian
Kesepian berasal
dari kata sepi, artinya sunyi, lengang, tidak ramai, tidak ada orang atau
kendaraan, tidak banyak tamu, tidak banyak pembeli, tak ada apa-apa, dan
sebagainya. Kesepian adalah keadaan sepi atau hal sepi. Contoh :
1. Setelah anaknya yang telah menikah itu
memiliki rumah sendiri, ibu Hadi merasa kesepian.
2. Setelah tembakan gencar itu berhenti,
jalan-jalan tampak sepi. Orang-orang takut keluar, bahkan suara deru mobil pun
tak kedengaran.
3. Karena pak Parman dan ibu Parman
kurang bergaul, ditambah keadaan hari itu hujan lebat, maka resepsi perkawinan
anaknya sepi, tamu kurang sekali.
Setiap orang
pernah mengalami kesepian, karena kesepian merupakan bagian hidup manusia. Lama
atau sebentar perasaan kesepian ini bergantung kepada mental orang dan kasus
penyebabnya.
· Sebab-sebab terjadinya kesepian
Bermacam-macam
penyebab terjadinya kesepian. Salah satunya adalah frustasi. Orang yang
frustasi tidak mau diganggu,ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidak suka
bergaul, dan sebagainya. Ia lebih senang hidup sendiri. Contoh : Pangeran
Sidharta, putra raja Kapilawastu, meninggalkan istana, tempat kemewahan,
keramaian, dan keindahan. Karena frustasi menyaksikan kontradiksi keadaan
diluar istana yang penuh penderitaan, maka ia meninggalkan istana dan pergi ke
hutan ke tempat yang lebih sunyi untuk mencari hakikat hidup.
Bila kita
perhatikan sepintas lalu mungkin keterasingan dan kesepian hampir serupa,
tetapi sebenarnya tidak sama, walaupun keduanya ada hubungannya. Perbedaan
antara keduanya hanya terletak pada sebab akibat. Kesepian merupakan akibat
dari keterasingan dan keterasingan sebagai akibat sombong, angkuh, kaku, keras
kepala, sehingga dijauhi kawan-kawan sepergaulan. Akibatnya, orang yang dijauhi
itu hidup terasing, terpencil dari keramaian hidup sehingga mereka merasa
kesepian.
c) Ketidakpastian
Ketidakpastian
berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu (pikirannya) atau mendua,
atau apa yang dipikirkan tidak searah dan kemana tujuannya tidak jelas. Itu
semua akibat pikirannya yang tidak dapat konsentrasi. Ketidakkonsentrasian itu
disebabkan oleh berbagai sebab, yang
paling utama adalah kekacauan pikiran. Ketidakpastian atau ketidaktentuan adalah
bagian hidup manusia. Setiap orang hidup pasti pernah mengalaminya. Bahkan anak
kecil sekalipun pernah mengalaminya, misalnya, ketika anak kecil ditinggalkan
ibunya, ia menangis kebingungan. Kebingungan itu menunjukan adanya
ketidakpastian, seperti anak ayam yang kehilangan induknya.
· Sebab sebab ketidakpastian
Menurut Siti
Meichati dalam bukunya Kesehatan Mental menerangkan beberapa penyebab seseorang
tak dapat berpikir dengan pasti. Sebab-sebab itu ialah :
1. Obsesi
Obsesi merupakan
gejala neurose jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang
terus-menerus, biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau penyebab
lain yang tidak diketahui oleh penderita. Misalnya selalu berpikir ada orang
yang ingin menjatuhkan dia. Contoh : Seorang pedagang yang maju pesat, pada
suatu saat berpikir olehnya ada kswan yang ingin menjatuhkannya. Pikirannya itu
semakin menjadi-jadi, apalagi setelah ia mengalami kerugian.
2. Phobie
Phobie adalah
rasa ketakutan yang tak terkendalikan atau tidak normal terhadap sesuatu hal
atau kejadian, tanpa diketahui sebab-sebabnya. Contoh : Orang yang takut
terhadap tempat yang tinggi. Secara tidak sengaja, ia terus menelusuri jalan
mendaki. Sesampainya di puncak ketinggian, ia ketakutan luar biasa.
3. Kompulasi
Kompulasi ialah
adanya keraguan yang sangat mengenai apa yang telah dikerjakannya, sehingga ada
dorongan yang tidak disadari untuk selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang
serupa berulang kali. Contoh : Keinginannya mengambil barang orang (mencuri),
padahal barang itu tidak bermanfaat baginya, dan ia mampu andaikata ingin
membelinya.
4. Histeria
Histeria ialah
neurose jiwa yang disebabkan oleh tekanan mental kekecewaan, pengalaman pahit
yang menekan, kelemahan syaraf, tidak mampu menguasai diri, atau sugesti dari
sikap orang lain. Contoh : Neneng, seorang gadis yang cukup manis, suatu hari
melihat pacarnya berjalan-jalan dengan seorang gadis yang belum pernah
dikenalnya. Rasa cemburu berkecamuk di hatinya dan setibanya di rumah dia
beteriak histeris.
5. Delusi
Menunjukan
pikiran yang tidak beres, karena berdasarkan keyakinan palsu. Tidak dapat
memakai akal sehat, tidak ada dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan
pengalaman. Delusi ini ada tiga macam, yaitu :
· Delusi persekusi : menganggap adanya
keadaan yang jelek di sekitarnya. Akibatnya, banyak orang menjauhinya.
· Delusi keagungan : menganggap dirinya
orang penting dan besar. Orang seperti ini biasanya gila hormat dan menganggap
orang di sekitarnya tidak penting. Akibatnya, semua orang menjauhinya. Jadi,
hampir sama dengan delusi persekusi.
· Delusi melancholis : merasa dirinya
bersalah, hina dan berdosa. Hal ini dapat mengakibatkan buyutan atau dikenal
dengan nama delirium tremens., hilangnya kesadaran dan menyebabbkan otot-otot
tak terkuasai lagi. Ia kehilangan ingatannya sama sekali, mengalami tensi
tinggi dan mengingat sesuatu yang belum pernah dialami..
6. Halusinasi
Khayalan yang
terjadi tanpa rangsangan pancaindera. Seperti para prewangan (medium) dapat
digolongkan pada pengalaman halusinasi. Dengan sugesti diri, orang dapat juga
berhalusinasi. Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang yang mabuk
atau pemakai obat bius. Kadang-kadang karena halusinasi, orang merasa mendapat
tekanan-tekanan terhadap dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya. Ini tampak
pada perbuatan-perbuatan penderita (penderita itu dapat menyadari perbuatannya
itu, tetapi tidak dapat menahan rangsangan khayalan sendiri). Contoh : Atang
memang seorang peminum. Bila sedang marah, ia makin banyak minumnya sehingga
mabuk dan mengoceh (berbicara) tidak menentu.
7. Keadaan emosi
Dalam keadaan
tertentu, seseorang sangat dipengaruhi oleh emosinya. Jika emosi telah
menguasai keseluruhan pribadinya, ia akan mengalami gangguan nafsu makan,
pusing-pusing, muka merah, nadi cepat, keringat, tekanan darah tinggi/lemah.
Sikapnya bisa apatis atau bisa juga terlalu gembira dengan melampiaskan dalam
gerakan-gerakan lari-larian, menyanyi, tertawa atau berbicara. Sikap ini dapat
pula berupa kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat, gelisah,
resah, suka mengeluh, tidak mau berbicara, diam seribu bahasa, atau termenung
menyendiri. Orang seperti ini tidak mungkin dapat berpikir dengan tenang dan
baik.
Untuk mengatasi
atau menghilangkan pikiran yang kacau itu perlu mencari penyebabnya. Andaikata
telah diketahui penyebabnya, namun kekacauan pikiran tersebut tidak hilang,
penderita perlu diajak ke psikolog.